Seoul, Korea Selatan (ANTARA News/AFP) - Kementerian luar negeri Korea Utara Jumat mengatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan kerja sama dengan Amerika Serikat untuk memperkecil perbedaan-perbedaan mengenai masalah nuklirnya. "Korea Utara (DPRK) dan AS sepakat akan melanjutkan kerja sama dalam rangka mempersempit perbedaan-perbedaan yang masih ada," kata seorang juru bicara kementerian luar negeri Korea Utara, seperti yang dikutip Kantor Berita Korea Utara, KCNA.

Kedua pihak sejak lama telah melakukan perundingan-perundingan yang tulus dan terus terang dalam berbagai isu, termasuk perjanjian perdamaian dan normalisasi hubungan-hubungan ekonomi dan kerja sama bantuan, serta perlucutan senjata nuklir di semenanjung Korea, katanya.

"Melalui diskusi-diskusi bersuasana bisnis dan terus terang itu, kedua pihak dapat memperdalam saling pengertian, mempersempit perbedaan-perbedaan dalam memandang dan menemukan landasan bersama dalam mengambil keputusan," katanya.

Mereka juga saling bertukar pandangan mengenai keinginan untuk melanjutkan perundingan perlucutan nuklir enam negara, dan pelaksanaan pernyataan bersama September 2005, katanya menambahkan.



Pada September 2005 Korea Utara berjanji dalam pernyataan bersama enam negara, untuk membubarkan program persenjataan nuklirnya guna mendapatkan imbalan bantuan, keuntungan-keuntungan diplomatik dan perundingan-perundingan mengenai pakta perdamaian permanen di semenanjung.

Setelah kembali dari kunjungan tiga harinya di Pyongyang, utusan AS Stephen Bosworth Kamis mengatakan bahwa AS dan Korea Utara sepakat dalam hal ingin melanjutkan kembali perundingan perlucutan senjata nuklir enam negara yang macet.

Namun dia mengatakan, hal itu belum jelas kapan Korea Utara akan kembali ke perundingan enam negara. Pyongyang menyatakan keluar dari forum itu April lalu, sebulan sebelum melakukan uji coba senjata nuklir yang kedua.

Kelompok perundingan enam negara terdiri dua Korea, AS, Jepang, China dan Rusia.

Kunjungannya disebut sangat positif oleh Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, yang mengatakan pendekatan AS adalah strategi kesabaran.

Kunjungan ini adalah kontak resmi pertama antara Washington dan Pyongyang sejak Presiden Barack Obama mengambil alih kekuasaan Januari, yang menjanjikan diplomasi langsung dengan utusan-utusan AS.(*)