Kopenhagen (ANTARA News/Reuters) - Presiden AS Barack Obama berhasil membangun kesepakatan iklim dengan negara-negara ekonomi berkembang, Jumat, sekaligus mengatasi kebuntuan pembicaraan-pembicaraan yang disponsori PBB itu, namun dia menyatakan dunia masih harus bertindak lebih jauh lagi dalam memerangi pemanasan global. Semua pihak mengakui kesepakatan yang jauh lebih rendah dari ambisi (penurunan emisi) PBB pada pertemuan iklim 7-18 Desember itu sebagai tidak sempurna, namun sudah merupakan langkah awal bagi upaya internasional terkoordinasi dalam menghindari dampak bencana dari perubahan iklim.

"Kemajuan ini tak dicapai dengan mudah dan kami tahu kemajuan ini sendiri tidak cukup.  Kami menempuh langkah jauh namun kami telah lebih jauh melangkah," kata Obama usai berbicara dengan PM Vhina China Wen Jiabao, PM India Manmohan Singh dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma yang memimpin pencarian jalan keluar.

Kesepakatan ini masih harus menunggu persetujuan formal dari pertemuan penuh semua dari 193 negara yang hadir dalam KTT Perubahan Iklim.

"Jika kesepakatan itu melewati pertemuan (panel) dalam beberapa jam ke depan, maka saya lihat itu relatif sukses.  Kita bisa mencapai (kesepakatan) lebih luas lagi," kata Yvo de Boer, Kepala Sekretariat Perubahan Iklim PBB.

Sepanjang hari para juru runding berjuang untuk mencapai kompromi yang bisa diterima semua pihak, yang berguna untuk menghindarkan ancaman bahaya perubahan iklim, termasuk banjir, kekeringan, naiknya permukaan laut dan punahnya spesies (flora dan fauna).

Ketegangan diantara China dan AS yang merupakan dua negara penyumbang emisi terbesar di dunia, memuncak setelah Obama --dalam pesannya yang ditujukan kepada China-- mengatakan bahwa setiap kesepakatan untuk menurunkan emisi akan sia-sia belaka kecuali dilakukan secara transparan dan akuntabel.

Obama mengatakan bahwa di bawah kesepakatan hari Jumat itu, setiap negara akan menyampaikan komitmen kongkret yang kemudian akan menjadi tema bahasan untuk konsultasi dan analisis internasional.

Seorang pejabat AS menyebut kesepakatan itu mengikat negara-negara untuk menurunkan emisi karbon demi mengatasi pemanasan global, sampai 2 derajat Celcius.

"Kita harus membangun di atas momentum yang telah kita ciptakan di sini di Kopenhagen guna menjamin bahwa aksi internasional untuk secara signifikan mengurangi emisi adalah berkelanjutan dan efisien sepanjang masa," kata Obama.

Tidak Sempurna

Berbicara beberapa saat setelah Obama, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengatakan kesepakatan itu didukung oleh semua negara yang hadir dalam konferensi perubahan iklim, dan berhasil mengikat negara-negara penghasil terbesar emisi karbon untuk mengendalikan polusi mereka.

Mudah-mudahan informasi yang disajikan sejauh ini telah berlaku. Anda mungkin juga ingin mempertimbangkan berikut ini:

Di bawah perjanjian itu, semua negara termasuk China diwajibkan menyampaikan rancangan-rancangan tertulisnya untuk mengendalikan emisi karbondioksida sampai Januari 2010.

Sarkozy juga megatakan, semua negara telah menandatangani sebuah rancangan yang memberi negara-negara berkembang dana 100 miliar dolar AS per tahun sampai tahun 2020.

"Naskah yang kami punya tidak sempuran, namun jika kita tidak bersepakat, maka itu berarti bahwa dua negara penting seperti India dan China akan terbebas dari kontrak (iklim) jenis apapun, (dan) Amerika Serikat yang tidak menyepakati (Protokol) Kyoto akan terbebas dari jenis kontrak apa saja.  Oleh karena itu sebuah kontrak benar-benar vital," katanya kepada pers.

Uni Eropa yang sepertinya bersisian dengan negosiasi akhir Obama, menyebut perjanjian tersebut "jatuh jauh di bawah harapan kami."

Satu salinan teks perjanjian iklim yang diperoleh Reuters, memasukkan dana 100 miliar dolar AS untuk bantuan iklim tahunan sampai 2020 bagi negara-negara miskin untuk memerangi perubahan iklim dan sasaran-sasaran untuk membatasi pemanasan global dan mengurangi emisi gas rumah kaca sampai tahun 2050.

Brazil menyetujui kesepakatan itu, namun Duta Besar Perubahan Iklim Brazil Sergio Serra menyuarakan catatan bernada putus asa.  "Saya bisa mengatakan kesepakatan ini sangat mengecewakan, tetapi ini bukan kegagalan jika kita sepakat bertemu kembali dan menjawab semua masalah yang masih terpendam."

Kelompok-kelompok anti kemiskinan bersuara lebih keras lagi. Tim Jones, pejabat urusan iklim dari gerakan World Development, menilai kesepakatan itu memalukan dan gagal secara monumental yang mengabaikan penderitaan jutaan orang di seluruh dunia.

Uni Eropa telah memaksakan untuk membuat kesepakatan yang tegas dalam membatasi pemanasan global sampai lebih dari 2 derajat Celcius dengan memasukkan upaya keras mengendalikan emisi karbon yang dihasilkan negara-negara industri lain seperti Amerika Serikat.

Para ilmuwan mengatakan bahwa batas 2 derajat adalah minimal untuk menghindarkan sejumlah dampak terburuk dari perubahan iklim, termasuk meningkatnya permukaan air laut sampai beberapa meter, punahnya makhluk hidup dan gagal tanam.

"Berdasarkan dari mana kita mulai dan harapan kepada konferensi ini, semuanya kurang mengikat secara hukum dan menyetujui kesepakatan yang jauh di bawah sasaran," kata John Ashe, Ketua Kelompok Kerja Ad Hoc Protokol Kyoto. (*)

Jafar Sidik/Reuters