Sanaa (ANTARA News) - Militer Yaman mengatakan, pertempuran dihentikan di semua garis depan, Jumat, pada saat gencatan senjata dengan gerilyawan Syiah berlaku selama enam bulan, setelah pemerintah memerintahkan serangan besar dalam upaya mengakhiri pemberontakan enam tahun itu. "Suasana tenang terjadi di semua garis depan, dari Saada dan Malahidh (di timur jauh dekat perbatasan Arab Saudi) sampai Harf Sufian," wilayah selatan, kata seorang komandan lapangan.

Sumber militer lain mengatakan, pasukan angkatan udara telah menghentikan semua serangan mendadaknya di wilayah pertempuran, pada saat gencatan senjata mulai berlaku pada Kamis tengah malam.

Presiden Ali Abdullah Saleh mengumumkan gencatan senjata Kamis malam, dan pemimpin pemberontak Abdul Malak al-Huthi memerintahkan para pejuangnya untuk menghormati gencatan senjata tersebut.

Para komandan angkatan bersenjata mengatakan, mereka melihat para gerilyawan mulai menyingkirkan penghalang-penghalang jalan yang mereka letakkan pada beberapa jalan utama, melewati pegunungan utara untuk menghalangi lalu-lintas pemerintah.

Enam butir gencatan senjata itu mengharuskan pemberontak membuka kembali tiga jalur besar dalam tahap pertama pelaksanannya: yakni jalan raya antara Sanaa; jalan dari Sadaa barat ke Malahidh, dan jalan dari Saada timur ke Al-Jawaf.

Apakah semuanya masuk akal sejauh ini? Jika tidak, aku yakin bahwa hanya dengan sedikit lebih membaca, semua fakta akan jatuh ke tempatnya.

Para komandan militer mengatakan, mereka juga mengawasi para gerilyawan memindahkan ranjau-ranjau darat dari sekitar posisi mereka.

Namun isyarat ketidakpercayaan masih terasa di beberapa tubuh militer setelah konflik yang berlangsung enam tahun itu, kata seorang pejabat kepada AFP. Dia menunggu menyaksikan apakah para pemberontak benar-benar menghormati gencatan senjata.

"Kami telah mengusai posisi-posisi kami dan jari-jari kami siap untuk menarik pelatuk," kata pejabat itu, yang minta tak disebut namanya.

Pada Kamis, seorang pejabat mengatakan kepada AFP, bahwa 12 tentara dan 24 gerilyawan telah tewas dalam pertempuran sengit di provinsi Amran, di utara ibu kota.

Putaran terakhir pertempuran itu meletus setelah serangan mendadak pemberontak di distrik Burkat al-Shamsi, Rabu malam, kata pejabat itu.

Pertempuran terpisah juga pecah di sekitar waktu yang sama di Al-Uqab, di pinggiran kota Saada, menewaskan tujuh tentara dan 11 pemberontak.(H-AK/A038)/M043)