Yerusalem (ANTARA News) - Israel berkonsultasi dengan Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lain tentang format investigasinya terhadap serangan berdarah akhir Mei lalu. Langkah Tel Aviv melakukan investigasi sendiri atas serangan brutal pasukan komandonya terhadap Kapal Turki, "Mavi Marmara", yang terlibat dalam misi kemanusiaan untuk rakyat Palestina di Gaza itu diambil menyusul penolakan Israel terhadap usul PBB.

Pejabat Israel mengatakan di Yerusalem, Selasa, pemerintahnya menolak usul PBB tentang investigasi internasional terhadap insiden yang menewaskan sedikitnya sembilan orang aktivis kemanusiaan itu.

Namun Israel bersedia melibatkan para pakar maupun pengamat internasional dalam investigasinya terhadap serangan brutal pasukannya yang turut melukai dua warga negara Indonesia itu.

Insiden yang menewaskan sembilan warga Turki itu memicu kemarahan banyak negara. Bahkan hubungan Israel dengan Turki yang selama ini menjadi sekutu dekatnya pun memburuk.

Semakin banyak informasi otentik tentang latest cheat Anda tahu, semakin besar kemungkinan orang untuk mempertimbangkan Anda a latest cheat ahli. Baca terus untuk bahkan lebih latest cheat fakta bahwa Anda dapat berbagi.

Tel Aviv berdalih bahwa blokadenya terhadap wilayah Gaza sejak kemenangan Hamas tahun 2006 itu diperlukan untuk keamanan Israel.

Bertolak belakang dengan pengakuan para aktivis kemanusiaan di atas Kapal "Mavi Marmara" sebagai korban aksi brutal tentara Israel, Tel Aviv justru menyebut tentara mereka sebagai pihak yang diserang.

Pemerintah negara Zionis itu juga menolak tentaranya diinterogasi pihak asing.

Dari Washington DC, AFP melaporkan bahwa AS mendukung seruan bagi keikutsertaan masyarakat internasional dalam penyelidikan Israel atas serangan kapal misi kemanusiaan Gaza akhir Mei lalu itu.

Menurut AS, keikutsertaan masyarakat internasional itu "penting" untuk memastikan adanya kredibilitas dalam investigasi Israel tersebut.(R013/S008)