Taipei (ANTARA News/AFP) - Perdana Menteri Taiwan, Wu Den-yih, menyeru China agar menyingkirkan rudal-rudalnya yang ditujukan ke pulau, untuk memuluskan jalan bagi perundingan perdamaian antara dua pihak yang saling bermusuhan itu, kata satu laporan Sabtu. Beijing perlu membangun kepercayaan yang dalam dengan Taiwan dengan menyingkirkan semua roketnya, selain mengizinkan pulau untuk memperbesar cakrawala di masyarakat internasional, kata Wu, yang dikutip oleh surat kabar United Daily News.

"Kami hanya bisa mulai berbicara berdasarkan perjanjian perdamaian, ketika kedua pihak saling mengumpulkan banyak ketidak-percayaan dan saling menguntungkan. Sementara itu ada konsensus kuat di Taiwan, agar menjalin hubungan baik secara nyata dengan China."

"Kini bukan waktunya untuk mendesak dilangsungkannya perundingan perdamaian," ujarnya.

Setelah Anda mulai bergerak di luar dasar informasi latar belakang, Anda mulai menyadari bahwa ada lebih ke latest cheat daripada yang mungkin Anda pikiran pertama.

China menempatkan hampir 1.500 rudal yang diarahkan ke Taiwan, dengan tanpa ada tanda-tanda bahwa pembangunan kekuatan itu akan segera dihentikan, menurut para penjabat Taiwan.

Kapasitas rudal Taiwan belum diketahui. Pihaknya telah melakukan uji tembak senjata-senjata seperti Hsiungfeng 2E, rudal dari darat ke darat, dengan jangkauan tembak 600 kilometer, namun masih belum jelas bagaimana keefektifannya.

Meskipun Taiwan telah diperintah secara terpisah sejak perang saudara berakhir pada 1949, namun China masih mengklaim bahwa pulau itu adalah bagian dari wilayahnya, yang menunggu untuk bergabung kembali, dengan cara paksa jika perlu.

Hubungan kedua pihak terus membaik sejak Ma Ying-jeou, yang bersahabat dengan Beijing, menjadi presiden Taiwan tahun lalu.

Namun demikian, Ma berulangkali mengatakan bahwa rudal-rudal itu masih menjadi kendala besar dalam memperbaiki hubungan kedua Taiwan-China.(*)